Menurut Viva Yoga Mauladi, anggota DPR, mahalnya daging sapi bukan disebabkan oleh impor, melainkan adanya mata rantai yang terlalu panjang dalam pasokan sapi.
Viva Yoga Mulyadi, anggota Komisi IV dari Fraksi PAN mengatakan adanya masalah dalam manajemen perternakan di Indonesia.
Menurutnya, "distribusi tersendat karena 65% daging sapi dikonsumsi DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga sentra-sentra produksi yang ada di Jawa Timur, Bali, dan NTT kurang masok."
Tetapi menurutnya dengan kelangkaan daging sapi ini idak perlu lagi menaikkan kuota impor, karena pasokan sapi di Indonesia sudah cukup. Bahkan bisa dikatakan sudah bisa berswasembada.
"Menurut data resmi dari Departemen Peternakan, dari sensus peternakan 2011, menunjukkan jumlah sapi potong ada 14,8 juta ekor. Padahal dengan 12,4 juta ekor Indonesia bisa swasembada," tambah Viva.
Mata rantai yang panjang soal sistem pasokan sapi menyebabkan mahalnya harga sapi. Viva juga berpendapat harus adanya perbaikan dalam peternakan sapi.
"Para importir seharusnya diberikan kewajiban untuk membeli sapi-sapi lokal dari para petani untuk setiap sekian ton sapi yang diimpor."
Viva Yoga Mulyadi, anggota Komisi IV dari Fraksi PAN mengatakan adanya masalah dalam manajemen perternakan di Indonesia.
Menurutnya, "distribusi tersendat karena 65% daging sapi dikonsumsi DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga sentra-sentra produksi yang ada di Jawa Timur, Bali, dan NTT kurang masok."
Tetapi menurutnya dengan kelangkaan daging sapi ini idak perlu lagi menaikkan kuota impor, karena pasokan sapi di Indonesia sudah cukup. Bahkan bisa dikatakan sudah bisa berswasembada.
"Menurut data resmi dari Departemen Peternakan, dari sensus peternakan 2011, menunjukkan jumlah sapi potong ada 14,8 juta ekor. Padahal dengan 12,4 juta ekor Indonesia bisa swasembada," tambah Viva.
Mata rantai yang panjang soal sistem pasokan sapi menyebabkan mahalnya harga sapi. Viva juga berpendapat harus adanya perbaikan dalam peternakan sapi.
"Para importir seharusnya diberikan kewajiban untuk membeli sapi-sapi lokal dari para petani untuk setiap sekian ton sapi yang diimpor."